Senin, 30 April 2012

MEREKA ADALAH “DAJJAL-DAJJAL” MASA KINI

MEREKA ADALAH “DAJJAL-DAJJAL” MASA KINI

DAJJAL. Satu kata yang mengingatkan kepada kita tentang sosok makhluk yang seram dan sangat menakutkan yang akan keluar menjelang hari Kiamat yang memiliki beberapa ciri sebagaimana yang telah digambarkan oleh Rasulullahshallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam hadistnya, diantaranya bahwa dia adalah seorang laki-laki yang pendek, buta sebelah matanya, berambut keriting, antara kedua matanya tertulis kata “kafir” yang dapat dibaca oleh semua muslim, dapat menurunkan hujan dan mendatangkan pangan di saat musim paceklik dengan izin Allah ta’ala, dia akan muncul dari arah Khurasan dan akan diikuti oleh 70.000 orang Yahudi Isfahan (Iran). Pada mulanya dia akan mengaku sebagai nabi, akan tetapi setelah itu dia akan mengaku sebagai tuhan. Barang siapa yang mengikuti Dajjal ketika itu, maka dia akan memberikan pengamanan dan “rejeki” kepadanya, namun akibatnya batallah segala amal kebaikannya yang dilakukannya selama di dunia ini dan barangsiapa yang menolak ajakannya, maka dia akan memberikan ancaman, tidak akan memberi “rejeki” kepadanya, bahkan tidak segan-segan untuk membunuhnya. Dan ketahuilah, bahwa dia adalah KADZDZAB (pendusta).
Kemunculan Beberapa “Dajjal” Sebelum Munculnya Dajjal yang Sebenarnya
Ketika kita membaca beberapa hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang membicarakan tentang Dajjal, maka kita akan mengetahui ternyata sebelum muncul Dajjal yang sesungguhnya, akan muncul beberapa “Dajjal” yang memiliki beberapa sifat yang dimiliki oleh Dajjal yang sesungguhnya. Yaitu kadzdzab (pendusta), dan mengaku sebagai nabi. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَإِنَّ بَيْنَ يَدَيْ السَّاعَةِ دَجَّالِينَ كَذَّابِينَ قَرِيبًا مِنْ ثَلَاثِينَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ نَبِيٌّ
Sesungguhnya di antara tanda-tanda hari Kiamat adalah munculnya para Dajjal pendusta, jumlah mereka hampir mencapai tiga puluh orang dan mereka semua akan mendakwakan dirinya seorang Nabi. (HR. Ibnu Majah)
Dalam hadits lain disebutkan, dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda:
بَيْنَ يَدَيْ السَّاعَةِ قَرِيبٌ مِنْ ثَلَاثِينَ دَجَّالِينَ كَذَّابِينَ كُلُّهُمْ يَقُولُ أَنَا نَبِيٌّ أَنَا نَبِيٌّ
“Sebelum datangnya hari kiamat akan muncul sekitar tiga puluh Dajjal pendusta, mereka semua berkata: ‘Aku adalah seorang Nabi, aku adalah seorang Nabi.” (HR. Ahmad)
Memang, sifat asli dari Dajjal adalah pendusta. Dusta itulah senjata yang akan dia gunakan untuk menyebarkan syubhatnya di tengah-tengah manusia dan untukmenggaet manusia agar mengikuti ajakannya. Bagi mereka yang lemah imannya, tentu akan terprovokasi dengan berbagai macam syubhatnya. Bahkan ketika itu ada seseorang yang menganggap imannya telah mantap pun ternyata akhirnya bisa mengikuti rayuannya. Sebagaimana Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
مَنْ سَمِعَ بِالدَّجَّالِ فَلْيَنْأَ عَنْهُ فَوَاللَّهِ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَأْتِيهِ وَهُوَ يَحْسِبُ أَنَّهُ مُؤْمِنٌ فَيَتَّبِعُهُ
“Siapa yang mendengar (kedatangan) Dajjal hendaklah menjauhinya. Demi Allah, seorang laki-laki benar-benar akan mendatangi Dajjal dan mengira bahwa ia adalah seorang mukmin  (yang kuat imannya), lalu ia akan mengikuti setiap syubhat yang ditebarkannya.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)
Orang yang menganggap dirinya memiliki keimanan yang kuatpun bisa terbawa oleh syubhat Dajjal. Lantas bagaimana dengan seseorang lemah keimanannya?
Mereka adalah “Dajjal”
Jika kita melihat kondisi yang terjadi di Iran, Palestina dan yang terakhir hari ini di Suriah dan mengaitkan kondisi tersebut dengan hadits-hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam di atas, maka kita akan melihat bahwa beberapa “Dajjal” itu muncul dari daerah sekitar sana. Walaupun kita tidak tahu dengan pasti siapakah 30 “Dajjal” yang dimaksud Rasulullah shallallaahu ‘alahi wa sallam dalam hadits di atas. Akan tetapi sifat-sifat Dajjal itu itu ada pada diri mereka. Baik “Dajjal” yang berani menampakkan sifat dan perbuatannya secara terang-terangan di hadapan manusia, ataupun “Dajjal” yang masih sembunyi-sembunyi menampakkan karakter sebenarnya di hadapan manusia, karena khawatir manusia akan mengetahui sifat aslinya dan syubhat busuknya. Akan tetapi kedua-duanya memiliki tujuan yang sama dan saling bekerja sama untuk mencapai tujuannya, yaitu MENYESATKAN MANUSIA. Satu tujuan Iblis yang paling utama ketika Allah ta’ala menurunkannya dari Surga.
Allah ta’ala berfirman:
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الأَرْضِ وَلأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ
Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya.” (QS. Al-Hijr : 39)
“Dajjal” dari Suriah
Suriah merupakan tempat pertama kali yang kelak akan dipijak oleh Nabi ‘Isa –‘alaihi salam- ketika beliau turun dari langit. Terutama di daerah sebelah timur Damaskus, yaitu di Menara Putih sebagaimana disebutkan dalam banyak riwayat. Dan di sana pula beliau pertama kali akan bertemu dengan Dajjal yang sesungguhnya, dan mengejarnya hingga pintu Luth, lalu membunuhnya.
Namun ternyata saat ini “Dajjal” telah muncul dari sana. Dia mendakwakan dirinya di hadapan manusia tidak sebatas sebagai nabi, tapi sebagai Tuhan bagi mereka yang pantas untuk disembah dan diagung-agungkan. Dia melakukan hal ini secara terang-terangan. Dan dirinya memaksa manusia dengan kekuatan militernya agar mereka mengakui bahwa tidak ada Tuhan melainkan dirinya. Si “Dajjal” itu tidak lain adalah presiden Suriah, Basyar Asad laknatullah. Seorang yang berpaham Syi’ah Nusairiyah. Syi’ah ekstrim yang sangat memusuhi kaum muslimin yang memiliki hubungan yang sangat kuat dengan Syi’ah Imamiyyah di Iran.
Maka kita akan melihat, mereka yang setia dan mendukung langkah si “Dajjal” tersebut serta tunduk dengan kebijakannya, maka akan mendapatkan perlindungan dan jaminan keamanan. Namun bagi mereka yang menolak ajakan dan kebijakan si “Dajjal” ini, maka akan disiksa, “diembargo”, bahkan dibunuh secara kejam.
Untuk melihat kekejaman si “Dajjal” ini, silakan buka salah satunya di:
“Dajjal” dari Iran dan Lebanon
Setelah kita mengetahui bahwa di Suriah ada “Dajjal” yang secara terang-terangan menampakkan sifat kedajjalannya. Namun ternyata di Iran dan Lebanon juga ada “Dajjal”. Bahkan “Dajjal” ini telah lama masyhur, bukan saja di kalangan kaum muslimin, akan tetapi juga di kalangan kaum kafirin. Kemasyhurannya ini karena “keberaniannya” menentang Amerika dan Israel. Ya, hanya sebatas menentang saja, tidak lebih. Siapakah dia? Dia adalah presiden Iran, Ahmadinejat dan pemimpin Hizbul Latta, Hassan Nasrullah.
Keduanya tidak berani menampakkan sifat aslinya di hadapan manusia karena khawatir jika sifat asli ini sampai diketahui oleh kebanyakan manusia, maka tentunya seluruh misi si “Dajjal” ini akan gagal.
Dan kedua “Dajjal” ini berpaham Syi’ah Imamiyyah Itsna ‘Asyariyah (Rafidhah) yang berpusat di Iran. Salah satu paham yang diusung oleh Syi’ah Rafidhah ini adalah berdusta atas nama agama, alias TAQIYYAH.
Makanya kita dapati bahwa:
1. Kaum Syi’ah selalu mendakwakan dirinya mencintai Rasul dan keluarganya, akan tetapi ternyata dakwaan itu hanyalah sebuah kedustaan belaka. Karena yang terjadi adalah kebalikannya, yaitu penghinaan kepada Rasul dan keluarganya. Dan ini dapat kita jumpai dalam literatur-literatur asli mereka.
2. Syi’ah mengaku sebagai bagian dari kaum muslimin. Akan tetapi ternyata pengakuan dusta itu hanyalah suatu taktik bagi mereka untuk menghancurkan kaum Muslimin. Mereka berusaha mensyi’ahkan kaum muslimin di Iran, bahkan di seluruh dunia. Dan hal ini mereka praktekkan semenjak berdirinya Dinasti Syafawi di Iran hingga saat ini dan ternyata sukses besar. Sehingga kita dapati saat ini jumlah kaum muslimin di Iran sangat minoritas dan terpojokkan. Dan sebagaimana “Dajjal” Suriah, “Dajjal” Iran inipun juga menggunakan kekuatan dan ancamannya. Dia tidak segan-segan untuk mengeksekusi siapa saja yang menentang kebijakannya.
Allah ta’ala berfirman:
وَيَحْلِفُونَ بِاللّهِ إِنَّهُمْ لَمِنكُمْ وَمَا هُم مِّنكُمْ
“Dan mereka (orang-orang munafik) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa sesungguhnya mereka termasuk golonganmu; padahal mereka bukanlah dari golonganmu.” (QS. At-Taubah : 56)
3. Negara Syi’ah Iran selalu mengembar-gemborkan penentangannya kepada Amerika dan Israel karena agresi militernya kepada kaum muslimin. Dan mengancam akan membinasakan kedua negara tersebut jika masih tetap melakukan agresi terhadap kaum muslimin, khususnya di Palestina. Namun apa yang terjadi sampai saat ini? Ternyata gembar-gembor itu hanyalah omong kosong dan bualan Ahmadinejat saja, dan sampai saat ini bahkan sampai hari Kiamatpun bualannya tidak akan terbukti. Karena ternyata hal ini merupakan taktik si “Dajjal” ini untuk mendapatkan dukungan dari kaum muslimin. Maka saat ini kita melihat, sebagian besar kaum muslimin terbius dengan bualan-bualannya, sehingga mereka selalu mengagung-agungkan si “Dajjal” ini. Ini terjadi karena kebanyakan kaum muslimin yang tidak mengetahui hakekat si “Dajjal” ini dan “kecerdikan” si Dajjal dalam memoles berbagai syubhatnya.
4. Sebagaimana Dinejat, Hasan Nasrullah dengan Hizbul Lattanya selalu menentang keras agresi militer yang dilakukan oleh Israel terhadap kaum muslimin Palestina. Bahkan tidak sebagaimana Dinejat yang sekedar gembar-gembor saja, maka dia dengan “beraninya” meluncurkan rudal-rudalnya ke daerah Israel. Namun  ternyata hal ini pula hanya sebuah taktik busuk untuk mendapatkan dukungan dunia muslim dan menjadikan dirinya masyhur di hadapan kaum muslimin karena “keberaniannya”, sehingga kaum muslimin lebih tahu dengan sosok Hassan Nasrullah ketimbang Presiden Lebanon sendiri. Kenapa saya katakan hanya sebuah taktik busuk? Karena ternyata rudal-rudal Hizbul Latta itu bukannya dijatuhkan di pemukiman Yahudi, akan tetapi ternyata dijatuhkan di lahan kosong yang telah dikuasai oleh Israel.
Setelah kita mengetahui hakekat dua “Dajjal” ini apakah kita sebagai kaum muslimin akan terus mendukung keduanya? Ataukah berusaha menentang dan menjauhinya agar kita tidak terkena syubhat-syubhatnya? Silakan anda berpikir.
Mereka itu Musuh, maka Waspadalah !
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan dalam haditsnya, bahwa salah satu sifat yang dimiliki oleh seorang munafik murni (tulen) adalah apabila dia berbicara, maka berdusta. Namun ternyata sifat dusta ini sudah menjadi hal yang biasa bagi para penganut Dajjal sebagaimana kita lihat beberapa fakta di atas.
Sesungguhnya “Dajjal-Dajjal” di atas tidak lebih dari gembong-gembong munafikin yang gemar koar-koar keberanian dan kekuataannya terhadap Amerika dan Israel di hadapan manusia. Sehingga kebanyakan manusia terpesona dan kagum dengan apa yang mereka miliki berupa keberanian dan ketegasannya dalam mengancam penjajah yang sebenarnya hanya modal gertakan semata, kekuatan militernya dengan pasukannya “pemberaninya” yang sebenarnya adalah pasukan pembela Dajjal,  peralatan perang yang canggih dengan rudalnya. Seolah-olah mereka adalah Pahlawan Penegak Kebenaran dan Keadilan.
Tapi ketahuilah, bahwa Allah ta’ala menggambarkan hakekat mereka dalam ayat ini:
وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ وَإِن يَقُولُوا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُّسَنَّدَةٌ يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ
“Dan apabila engkau melihat mereka, tubuh mereka mengagumkanmu. Dan jika mereka berkata, engkau mendengarkan tutur katanya. Mereka seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa setiap teriakan ditujukan kepada mereka.”(QS. Al-Munafiqun : 4)
Ternyata Allah ta’ala mengumpamakan mereka itu seperti kayu yang tersandar, maksudnya ialah untuk menyatakan sifat mereka yang jelek meskipun tubuh mereka bagus-bagus dan mereka pandai berbicara tetapi sebenarnya otak mereka adalah kosong tidak dapat memahami kebenaran.
Dan jika kita menengok kepada sejarah perjalanan dakwah dan jihad Rasulullahshallallaahu ‘alaihi wa sallam, maka kita akan menyaksikan bahwa mereka itu adalah musuh yang lebih berbahaya daripada orang-orang kafir karena
هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ
MEREKA ITULAH MUSUH (YANG SEBENARNYA), maka WASPADALAH terhadap mereka. Semoga Allah Membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari kebenaran)? (QS. Al-Munafiqun : 4)

Mereka Saling Bersekongkol Untuk Membasmi Kaum Muslimin
Inilah hakekat kaum munafikin semenjak kemunculannya di Madinah. Dimana antara satu sama lain saling bersekongkol untuk membasmi kaum muslimin.
Dan ternyata sejarah terulang pada hari ini, dimana “Dajjal” munafikin dari Iran dan Lebanon itu bekerja sama dengan “Dajjal” Suriah dalam membantai ribuan kaum muslimin di Suriah. Sehingga kedustaan mereka ini semakin jelas semenjak tragedi Suriah ini. Kalau Dinejat dan Hasan Nasrullah ini konsisten dengan perkataannya, tentunya dia akan menentang agresi militer yang dilakukan oleh rezim “Dajjal” Suriah terhadap kaum muslimin.
Tapi apa dikata, seperti pepatah mengatakan, sepandai-pandai menyembunyikan bangkai pasti akan tercium juga. Sepandai-pandai para “Dajjal” menyembunyikan makar-makar busuknya, pasti akan ketahuan juga. Maka saksikanlah, pembelaan Dinejat dan Hasan Nasrullah kepada penguasa rezim “Dajjal” Suriah, Basyar Assad laknatullah diantaranya mengirimkan pasukan dan persenjataannya. Maka sungguh benar apa yang Allah ta’ala firmankan kepada kita:
الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُم مِّن بَعْضٍ
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama.” (QS. Al-Munafiqun : 67)
Mereka sama karena saling berserikat dalam kenifakan, dan bekerja sama untuk saling tolong menolong dalam memerangi kaum muslimin.
Bahkan, mereka tidak tanggung-tanggung bekerja sama dengan kuffar. Allah ta’alamembongkar perilaku mereka ini dalam firman-Nya:
بَشِّرِ الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَاباً أَلِيماً * الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاء مِن دُونِ الْمُؤْمِنِينَ *
“Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang munafik itu bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih.” (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mu’min.(QS. An-Nisa’ : 137-138)
Makanya kita saksikan, si “Dajjal” Assad secara sembunyi-sembunyi ternyata meminta bantuan dari kafir Rusia (http://arrahmah.com/read/2012/03/20/18877-pasukan-khusus-rusia-tiba-di-pelabuhan-suriah-untuk-mendukung-rezim-syiah-nushairiyah.html), termasuk Israel (http://arrahmah.com/read/2012/03/05/18550-pesawat-militer-israel-ikut-membunuhi-penduduk-suriah.html) dalam membasmi kaum muslimin Suriah. Tentunya kesempatan ini merupakan kesempatan emas bagi orang-orang kafir itu untuk membasmi kaum muslimin. Sehingga mereka tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Semoga Allah ta’ala membinasakan mereka.
سَيُهْزَمُ الْجَمْعُ وَيُوَلُّونَ الدُّبُرَ
“Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang.” (QS. Al-Qamar : 45)
Kabar Gembira Untuk Kaum Munafiqin
Sesungguhnya Allah ta’ala memberikan ancaman kepada orang-orang munafik, bahwa mereka kelak akan mendapatkan adzab yang pedih di akherat. Allah ta’alaberfirman:
بَشِّرِ الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَاباً أَلِيماً
“Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang munafik itu bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih.” (QS. An-Nisa’ : 138)
Hal ini disebabkan mereka lebih mencintai orang-orang kafir, berkasih sayang dan saling tolong menolong dengan mereka. Sebaliknya mereka meninggalkan kasih sayangnya kepada orang-orang mukmin. (Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 209)
Kemudian Allah ta’ala berfirman lagi:
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمْ نَصِيراً
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.” (QS. An-Nisa’ : 145)
Syaikh As-Sa’diy rahimahullaahu ta’ala menjelaskan bahwa orang-orang munafik tersebut kelak akan berada di tingkat yang lebih bawah dari semua orang kafir. Hal ini dikarenakan mereka juga melakukan kekufuran kepada Allah dan permusuhan terhadap Rasul-Nya sebagaimana orang-orang kafir itu, ditambah lagi  tipudaya, penipuan, dan segala bentuk permusuhan mereka terhadap kaum mukminin. (Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 211)
Wahai para “Dajjal” dan pengikutnya, jika kalian tetap berada pada kondisi kalian saat ini, maka tunggulah adzab yang amat pedih yang akan Allah ta’ala berikan kepada kalian !!! Kelak Allah akan menempatkan kalian di kerak Jahannam.
Bersikap Keras dan Berjihadlah Melawan Mereka !!!
Sebagaimana telah kita tahu, bahwa orang-orang munafik itu adalah musuh yang lebih berbahaya daripada orang-orang kafir. Kenapa demikian? Karena kalau orang-orang kafir dari kalangan Yahudi, Nasrani, dan yang lainnya, maka secara langsung kita akan mengetahui hakekat dan wujud mereka. Berbeda halnya dengan orang-orang munafik itu. Mereka akan menampakkan keislamannya dan berpura-pura baik ketika di hadapan kita. Namun ketika kembali kepada syaithan-syaithan mereka, maka wajah-wajah syaithan itu dan permusuhannya dengan kaum muslimin akan nampak jelas, sejelas matahari di siang bolong.
Allah ta’ala menyebutkan hakekat mereka ini dalam ayat-Nya:
وَإِذَا لَقُواْ الَّذِينَ آمَنُواْ قَالُواْ آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْاْ إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُواْ إِنَّا مَعَكْمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ
“Dan apabila mereka (orang-orang munafik) berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: ‘Kami telah beriman.’ Dan apabila mereka kembali kepada syaithan-syaithan mereka, mereka mengatakan: ‘Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok.’” (QS. Al-Baqarah : 14)
Maka, bahaya yang besar ini tentunya mengancam kaum muslimin. Terutama pada saat kaum muslimin sedang menghadapi orang-orang kafir. Ketika mereka sedang berhadapan dengan orang-orang kafir, maka orang-orang munafik itu akan mengintai kita dari belakang dan berusaha mencari kelemahan dan kelengahan kita dan ketika mereka mendapatkan kita lengah, maka saatnya bagi mereka untuk menikam kita.
Maka, kenalilah karakter mereka. Waspadalah dan bersikap keraslah terhadap mereka. Jika mereka menunjukkan sikap perlawanan terhadap kita, maka lawanlah mereka.
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah Jahannam. Dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya. (QS. At-Taubah :73)
Semoga Allah ta’ala melindungi dan menolong kita (kaum muslimin) di seluruh dunia dari makar-makar orang-orang munafik itu. Dan semoga Allah ta’ala membinasakan orang-orang munafik di dunia ini, sebelum di akherat. HasbunAllaah wa ni’mal Wakiil.
Sumber dari dakwahwaljihad.wordpress.com

Mukmin vs Munafik

Mukmin vs Munafik

Di dalam Al-Quran surah at-Taubah [9] ayat 71 dan 72 Allah SWT menjelaskan watak dan perilaku orang-orang yang beriman, laki-laki mahupun perempuan, serta balasannya dalam kehidupan di dunia ini mahupun di akhirat nanti.

"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) men jadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang mak ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan solat, menunaikan zakat, dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah, sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. "(QS [9]: 71).

Sedangkan pada ayat sebelumnya, iaitu surah at-Taubah [9] ayat 67 dan 68, Allah SWT menerangkan sifat dan kelakuan orang-orang munafik (laki-laki mahupun perempuan) yang bertentang an secara diametral dengan kelakuan orang-orang yang beriman, serta balasan yang akan mereka terima di dunia ini mahupun di akhirat nanti. "Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah melaknati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal. "(QS [9]: 68).

Pertama, orang-orang yang beriman selalu berusaha bersinergi (al-Wala '), bekerjasama dan saling menolong antara sesama orang-orang yang beriman, atas dasar keimanan, kebajikan, dan ketakwaan. Sedangkan orang-orang yang munafik bersinergi antara sesamanya, hanya untuk kepentingan yang sifatnya sesaat. Landasan sinerginya tidak ada, kecuali hanya keuntungan yang sifatnya material semata-mata.

Kedua, orang-orang yang beriman selalu berusaha dalam hidupnya apa pun kedudukan dan jawatannya, untuk melakukan kegiatan amar makruf nahi mungkar. Menyuruh, menggalakkan, dan mempelopori pada setiap kegiatan yang bermanfaat bagi kehidupan umat dan bangsa serta berusaha mencegah dari berbagai kejahatan yang menghancurkan, seperti khianat, berdusta, dan perilaku korup. Sebaliknya, orang-orang munafik selalu menyuruh orang lain pada kemungkaran dan kejahatan yang merosakkan tatanan kehidupan, serta melarang dari perbuatan-perbuatan baik dan konstruktif.

Ketiga, orang-orang yang beriman selalu berusaha menegakkan solat dengan sebaik-baiknya dan berusaha pula menunaikan zakat, infak, dan sedekah. Kepemurahan adalah watak dan karakter orang-orang yang beriman, sedangkan orang-orang munafik adalah orang-orang yang bakhil dan kikir, tidak mahu berkorban mahupun membantu orang yang memerlukan.

Tentu saja balasan bagi orang-orang yang beriman yang mempunyai watak dan karakter yang sangat indah tersebut adalah akan mendapatkan rahmat dan pertolongan Allah SWT dalam kehidupannya di dunia ini. Dan, di akhirat kelak akan mendapat balasan syurga dan keredaan dari Allah SWT. Sebaliknya, orang-orang munafik, kerana perilaku buruknya tersebut, di dunia akan mendapatkan kegelisahan hidup kerana jauh dari rahmat Allah SWT. Dan, di akhirat kelak akan mendapatkan azab neraka dan laknat Allah.

Mudah-mudahan kita se mua, orang-orang yang ber iman, akan berperilaku dengan betul orang yang beriman dan bukan berperilaku sebagaimana perilaku orang-orang munafik yang merosakkan dan menghancurkan. Wallahu a'lam bi ash-shawab.
sumber dari republika.co.id

Empat Kitab Hadis Terbaik

Kesahihan sabda Rasulullah SAW yang terkandung dalam sebuah kitab hadis tentu akan menentukan kualiti kitab itu. Para ulama pun menetapkan kitab hadis berdasarkan high sabda Rasulullah SAW ke dalam empat rangking atau peringkat:

Peringkat pertama ditempati Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim. Ada pula ulama yang memasukkan kitab Al-Muwatta karya Imam Malik dalam peringkat pertama.

Peringkat kedua ditempati oleh Sunan Abi Dawud, Sunan at-Tirmizi, Musnad Ahmad Ibnu Hanbal, dan Sunan An-Nasai. Para ulama masih berbeza pendapat tentang Sunan Ibnu Majah yang masuk dalam Kutub as-Sittah untuk ditempatkan dalam peringkat kedua.

Kedudukan Ketiga, dalah kitab yang banyak memuat hadis dhaif atau lemah, seperti Musnad Ibnu Abi Syaibah, Musnad Abi Daud Sulaiman at-Tayalisi, Musnad Abdillah Ibnu Hamid, dan Mussanaf Abd ar-Razzaq.

Peringkat keempat adalah kitab-kitab hadis yang ditulis oleh ahli kisah, pendakwah, dan para sufi, seperti Musanaf Ibnu Mardawih dan Musanaf Abi Syaikh.

sumber dari republika.co.id


Minggu, 29 April 2012

Sejarah Pembukuan Hadis

Memasuki abad ke-3 H, para ulama mulai memilah hadis-hadis sahih dan menyusunnya ke dalam pelbagai topik.

Memasuki abad ke-8 M, satu per satu penghafal hadis meninggal dunia. Meluasnya daerah kekuasaan Islam juga para penghafal hadis terpencar-pencar ke berbagai wilayah. Di tengah keadaan itu, usaha pemalsuan hadis demi memuluskan pelbagai kepentingan bermaharajalela.

Keadaan itu mengundang keprihatinan Umar bin Abdul Aziz (628-720 M), Khalifah Dinasti Umayyah kelapan yang berkuasa pada 717-720 M. Guna mencegah punahnya hadis, Umar bin Abdul Aziz memerintahkan pembukuan hadis-hadis yang dikuasai para penghafal. Gagasan pembukuan hadis itu pun mendapat sokongan dari para ulama di zaman itu.

Sang Khalifah yang dikenali jujur ​​dan adil itu akan memerintahkan Gabenor Madinah, Abu Bakar bin Muhammad bin Amru bin Hazm (wafat 117 H) untuk mengumpulkan hadis dari para penghafal yang ada di tanah suci kedua bagi umat Islam itu. Saat itu, di Madinah terdapat dua ulama besar penghafal hadis, yakni Amrah binti Abdurrahman dan Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar as-Siddiq.

'' Kedua-dua ulama besar itu yang paling banyak menerima hadis dan paling dipercayai dalam meriwayatkan hadis dari Aisyah binti Abu Bakar,'' tulis Ensiklopedi Islam. Selain itu, Khalifah Umar bin Abdul Aziz juga memerintahkan Muhammad bin Syihab Az-Zuhri (wafat 124 H) untuk menghimpun hadis yang dikuasai oleh para ulama di Hijaz dan Syria.

Sejarah peradaban Islam mencatatkan Az-Zuhri sebagai ulama agung dari kelompong tabiin pertama yang membukukan hadis. Memasuki abad ke-2 H atau abad ke-8 M, usaha pengumpulan, penulisan, serta pembukuan hadis dilakukan secara besar-besaran.

Para ulama penghafal hadis mencurahkan perhatian mereka untuk menyelamatkan'' sabda Rasulullah SAW'' yang menjadi pedoman kedua bagi umat Islam, setelah Al-Quran. Ulama diberbagai kota peradaban Islam telah memberi sumbangan yang besar bagi pengumpulan, penulisan, dan kewangan buku di abad ke-2 H.

Di kota Makkah, ulama yang getol dan tumpuan menyelamatkan hadis adalah Abdul Malik bin Abdul Aziz bin Juraij. Pembukuan hadis di kota Madinah dilakukan oleh Malik bin Anas atau Imam malik dan Muhammad bin Ishak. Aktiviti sama juga dilakukan ulama di bandar-bandar peradaban Islam seperti; Basrah, Yaman, Kufah, Syria, Khurasan dan Rayy (Iran), serta Mesir.

Upaya pengumpulan, penulisan, dan kewangan hadis pada masa itu belum sesuai harapan. Pada masa itu, masih terjadi percampuran antara sabda Rasulullah SAW dengan fatwa sahabat dan tabiin. Hal itu tampak pada kitab Al-Muwatta yang disusun oleh Imam Malik.

Pada zaman itu, isi kitab hadis terbilang amat pelbagai. Sehingga, ada ulama yang menggolongkannya sebagai al-musnad, yakni kitab hadis yang disusun mengikut urutan nama sahabat yang menerima hadis dari Rasulullah SAW.

Selain itu, ada pula yang memasukkan dalam kategori al-jami, yakni kitab hadis yang memuatkan lapan pokok masalah, yakitu akidah, undang-undang, tafsir, etika makan-minum, tarikh, sejarah kehidupan Nabi SAW, akhlak, serta perbuatan baik dan tercela.

Ada pula yang menggolongkan kitab hadisnya sebagai al-mu'jam, yakni kitab yang mengandungi hadis mengikut nama sahabat, guru, kabilah, atau tempat hadis itu didapati; yang disusun secara abjad.

Pelbagai usaha dilakukan oleh para ulama tempoh berikutnya. Para tabiin dan generasi sesudah tabiin cuba memisahkan antara sabda Rasulullah SAW dengan fatwa para sahabat dan tabiin. Para ulama pun menuliskan hadis yang termasuk sabda Rasulullah lengkap dengan sanadnya atau dikenali sebagai al-musnad.

Ulama yang generasi pertama yang menulis al-musnad adalah Abu Daud Sulaiman Al-Tayasili (133-203 H). Setelah itu, ulama generasi berikutnya juga menulis al-musnad. Salah seorang ulama terkemuka yang menulis kitab hadis itu adalah Ahmad bin Hanbal atau Imam Hanbali. Kitab hadisnya dikenali sebagai Musnad al-Imam Ahmad Ibnu Hanbal.

Meski telah memisahkan antara hadis sabda Rasulullah SAW dengan fatwa sahabat dan tabiin, al-musnad dianggap masih mempunyai kekurangan, kerana masih mencampurkan hadis sahih, hasan, daif, bahkan hadis palsu alias maudhu.

Memasuki abad ke-3 H, para ulama mulai memilah hadis-hadis sahih dan menyusunnya ke dalam pelbagai topik. Abad ini disebut sejarah islam sebagai era Tadwin atau pembukuan Al-Quran. Pada masa ini, muncul ulama-ulama ahli hadis yang membukukan sabda Rasulullah SAW secara sistematik.

Para ulama hadis yang muncul di abad pembukuan hadis itu antara lain; Imam Bukhari menyusun Sahih al-Bukhari; Imam Muslim menyusun Sahih Muslim, Abu Dawud menyusun kitab Sunan Abi Dawud; Imam Abu Isa Muhammad At-Tirmizi menyusun kitab Sunan at-Tirmizi; Imam an-Nasai menyusun kitab Sunan An-Nasai dan Ibnu Majah atau Muhammad bin Yazid ar-Rabai al-Qazwini. Keenam kitab hadis ini kemudian dikenal dengan sebutan al-Kutub as-Sittah atau kitab hadis yang enam.

Terdapat perbezaan pendapat di kalangan ulama dalam menetapkan hadis keenam pada jajaran al-Kutub as-Sittah. Sebahagian ulama berpendapat, kitab yang keenam itu adalah Sunan Ibnu Hibban karya Ibnu Hibban al-Busti (270-354 H). Ulama lain menempatkan al-Muwatta karya Imam Malik sebagai kitab hadis keenam.
sumber dari republika.co.id


Sabtu, 28 April 2012

Menjadi Umat Terbaik, Inilah Caranya

Menjadi Umat Terbaik, Inilah Caranya

Manusia adalah wujud dari kemahasempurnaan Allah SWT yang menciptakan (al-Khaliq), yang mengadakan (al-Bari '), dan yang membentuk rupa (al-Mushawwir). Di samping kesempurnaan jasmani dan rohani, kapasiti intelektual adalah alasan penting mengapa manusia dipilih untuk menerima amanah sebagai khalifah di muka bumi.

Kesempurnaan manusia adalah pada kemampuannya berfikir, menerima dan mengembangkan ilmu pengetahuan, memanfaatkan fakulti-fakulti yang dimilikinya, iaitu as-samu (pendengaran), al-bashar (penglihatan), dan al-fuad (hati).

Menuntut ilmu adalah tugas pertama dan utama seorang anak manusia. Allah swt telah mengajar nama-nama benda kepada Adam AS pada awal penciptaan sebagai landasan bagi penguasaan ilmu pengetahuan. (Surah al-Baqarah [2]: 31).

Perintah membaca (iqra) dan menulis dengan pena (al-qalam) juga merupakan perintah pertama dari risalah kenabian. Wahyu pertama yang diterima oleh Rasulullah SAW adalah perintah membaca dan menulis. (Surah al-Alaq [96] :1-5).

Belajar, mencari, menguasai, dan mengembangkan ilmu pengetahuan adalah tugas yang pertama dan utama dari umat Muhammad SAW. Dengan bekal ilmu pengetahuan yang dimilikinya, manusia dapat memakmurkan bumi dan mencegahnya dari kerosakan.

Di samping sebagai hamba dan wakil Allah SWT di muka bumi, umat Islam adalah umat terbaik (khaira ummah) kerana mereka sentiasa memerintahkan kebaikan, mencegah kemungkaran, dan beriman kepada Allah SWT. (QS Ali Imran [3]: 110).

Untuk memelihara kewujudan dan kehormatannya sebagai umat yang terbaik, khaira ummah, the best nation of peoples for the people, umat Islam perlu terus-menerus belajar, beriman, dan beramal menyampaikan mesej-mesej Islam dengan contoh dan perbuatan serta tetap bersabar di dalam melaksanakannya . Pengetahuan yang mencerdaskan sekaligus mencerahkan tersebut diperoleh dengan melayari dan mendalami ayat-ayat Allah SWT (the Spoken Verses) dan tanda-tanda di dalam ciptaan-Nya (the Creation Verses).

Kemampuannya untuk menggunakan hati (zikir) dan sebab musabab (pikir) di dalam menjelajahi tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah ciri utama dari seorang Muslim cendekia (ulul albab, men of understanding). Itu sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW, para sahabat, pengikut, dan pewaris terbaiknya. (QS Ali Imran [3]: 190-191).

Mengenai turunnya ayat ini, Abdullah Ibnu Umar RA menceritakan, dari Ummul Mu'minin Aisyah RA bahawa Rasulullah SAW berdiri di dalam solat malamnya dan menangis hingga janggutnya menjadi basah. Beliau menangis hingga air matanya membasahi lantai. Beliau kemudian berbaring dan bertumpu pada bahagian sisinya seraya menangis.

Ketika Bilal datang untuk mengingatkan waktu solat Subuh, dia berkata, "Ya Rasulullah, apa gerangan yang membuatmu menangis, padahal Allah SWT telah mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan akan datang." Beliau SAW berkata, "Ya Bilal, apa yang dapat menghalang tangisku, ketika malam ini, ayat ini (Surah Ali Imran [3]: 190), diturunkan kepadaku. Celaka orang yang membaca ayat ini, tetapi tidak merenungkannya. "Wallahu a'lam.

sumber dari republika.co.id


Kisah menarik dari masjid yang berkedudukan paling utara di dunia

Kisah menarik dari masjid yang berkedudukan paling utara di dunia

Kisah menarik dari masjid yang berkedudukan paling utara di dunia, Masjid Midnight Sun, telah menginspirasi para pembuat filem Kanada untuk mengubahnya menjadi sebuah filem dokumentari.

"Ketika kami mendengar tentang kisah projek Masjid ini, kami langsung berfikir bahawa ini tidak biasa dan pasti akan membuat cerita besar untuk sebuah filem dokumentari," kata pembuat filem Saira Rahman kepada OnIslam.net.

Saira dan Nilufer Rahman diharapkan akan membuat filem dokumentari tentang Masjid Midnight Sun di Inuvik di Wilayah barat laut Kanada.

Berjudul "Masjid Artik", filem dokumentari ini akan menceritakan kisah perjalanan masjid sejauh 4,000 km pada tahunpada 2010 dari kota padang rumput Winnipeg di wilayah Manitoba menuju ke Inuvik, bandar yang paling utara di Kanada Artik.

"Sebenarnya, dua hari sebelum masjid melakukan perjalanan sejauh 4,000 km, Hussain Guisti, pengurus umum dari Zubaidah Tallab Foundation (yayasan amal Kanada yang menaja pembangunan masjid), bertanya sama ada kami akan tertarik untuk membuat sebuah filem tentang Masjid Kutub Utara," kata Saira.

Komuniti Muslim di Inuvik sangat kecil sehingga tidak mampu membina masjid baru kerana upah tenaga kerja dan bahan bangunan di wilayah Artik jauh lebih tinggi daripada di bahagian selatan Kanada.

Namun hal itu diselesaikan setelah Zubaidah Tallab Foundation, sebuah lembaga amal Islam berpusat di Manitoba, masuk dan mengumpulkan dana untuk membina masjid.

Kumpulan ini juga mencari pembekal bangunan prefabrikasi di Manitoba yang menghantar bangunan ke Inuvik dengan setengah harga dari bayaran membina masjid di bandar.

Perjalanan epik masjid kecil ini menarik perhatian antarabangsa kerana secara perlahan-lahan melalui jalan darat, menyusuri sungai hingga sampai ke destinasi akhir.

Inuvik terletak di Wilayah barat laut Kanada dan mempunyai populasi 3.600 orang, kira-kira seratus dari warga beragama Islam.

Muslim telah berhijrah ke bandar-bandar sumber yang lebih kecil, seperti Inuvik, untuk mencari pekerjaan dan berharap mendapat kualiti hidup yang lebih baik.

Menurut angka bancian terkini, penduduk Muslim dari Northwest Territories tumbuh dengan laju 300 peratus setiap dekad.

Kerana lokasinya di utara, Inuvik disebut 'Cahaya Matahari Tengah Malam' kerana mengalami rata-rata 56 hari sinar matahari terus menerus dan setiap musim panas selama hampir 30 hari, namun diselimuti gelap gelita setiap musim sejuk.

Komuniti Muslim di Inuvik mengikuti jadual solat dan puasa dari bandar Edmonton.

Persepsi Baru

Para pembuat filem berharap untuk menangkap drama dari pengembaraan masjid dan mengubah persepsi tentang Muslim di dunia yang sering merespon masjid dengan ketakutan dan kontroversi.

"Kami berharap bahawa orang yang menonton filem dokumentari ini akan mendapati bahawa ada jauh lebih banyak dari cerita tentang pembangunan masjid," kata Saira kepada OnIslam.net.

"Ini tentang penempaan sebuah komuniti yang unik dan kami tidak hanya berbicara tentang komuniti Muslim yang unik."

Saira mengatakan bahawa filem ini akan menunjukkan kesan masjid yang telah dibuat di bandar kecil.

"Masjid Midnight Sun, telah memberi kesan di seluruh Inuvik dan meletakkannya di dalam peta, sehingga menjadi nilai lebih.

"Kami berharap penonton akan terinspirasi oleh semangat tenaga dan komuniti positif yang kita saksikan saat syuting filem dokumentari tersebut."

Dokumentari ini dihasilkan oleh Buffalo Gal Pictures dan Snow Angel Films, yang dimiliki oleh dua bersaudara, Nilufer dan Saira Rahman.

Filem saat ini sedang dalam pasca pengeluaran, akan melalui 120 jam cuplikan, dan telah dilancarkan kempen online untuk mendapatkan respon dari penonton.

"Hanya tiga hari dari posting trailer kami di YouTube, kami mendapat lebih dari 10.000 views," kata Saira.

"Ini terbukti dari komentar kami bahawa orang-orang yang benar-benar ingin melihat filem ini."
sumber dari eramuslim.com

Jumat, 27 April 2012

Benarkah Dajjal Berusia 4.000 Tahun?

Konon, sebelum sampai di Pulau Bermuda atau tinggal di kawasan Segitiga Bermuda ini, dajjal dahulunya tinggal di sebuah pulau di laut Yaman. Awalnya, ia lahir di sebuah keluarga penyembah berhala di zaman setelah Sam bin Nuh. Beliau dilahirkan di daerah sekitar Palestin di berhampiran kawasan Sodom dan Gomorah (umat kaum Luth) dalam keadaan kurang upaya di matanya.

Sejak kecil, si anak (dajjal) ini suka menyusahkan orang tuanya. Tidur selama kira-kira empat tahun lamanya dan tidak boleh berjalan. Suatu hari, di tengah-tengah lelapnya tidur, si anak terbangun dan mendatangi berhala sembahan kedua orang tuanya dan tidur lagi di pangkuan berhala itu. Saat itulah orang tuanya mengumumkan kalau anaknya itu merupakan anak Tuhan.

Orang-orang yang sebelumnya mendengar bahawa anaknya itu tidak boleh berjalan, spontan mentertawakan dan mencemuhnya. Sebahagian lain, ada yang mengambil air berkat.

Oleh banyak orang, si orang tua di laporkan ke hakim dan diputuskan keduanya harus berpisah dengan anaknya. Anaknya ditahan di mahkamah atau istana sedangkan orang tua di bahagian lain penjara. Namun, saat terjadi azab kepada penduduk Sodom dan Gomorah, anak ini diselamatkan oleh Malaikat Jibril ke sebuah pulau yang tidak berpenghuni di laut Yaman. Jarak laut Yaman ini memerlukan perjalanan yang sangat lama dan jika ingin ke pulau tersebut harus melewati terjangan ombak dahsyat. Jika tak hati-hati maka akan tenggelam. Selama di pulau itu, Jibril menugaskan seekor binatang yang badannya dipenuhi bulu lebat untuk merawat dan membantu si manusia cacat itu.

Singkat cerita, ketika sudah semakin besar, ia memutuskan keluar dari pulau itu dan mengembara ke mana saja. Sampai suatu ketika ia bertemu dengan Ibrahim, Musa, dan Nabi Isa.

Dalam pertemuannya dengan Nabi Musa, ia awalnya menjadi pengikutnya. Namun, di balik pertemuan itu ia mempunyai maksud jahat. Kerana kekagumannya pada Musa, ia menggunakan nama Musa. Namun, untuk membezakan ia dengan Musa dari Mesir (Nabi Musa - Red), maka ia memakai nama Musa Samiri alias Musa dari Samirah, tempat lahirnya sewaktu masih di Palestin.

Kerana perbuatannya mengajak Bani Israil membuat patung anak lembu maka Musa AS lalu mengusir Samiri. (Lihat QS Thaha [20]: 97). Ke mana perginya Samiri (dajjal) ini setelah diusir Musa, tidak ada keterangan lanjutan.

Muhammad Isa Daud menyebutkan, sejak diusir itu, Samiri mengembara lagi ke pelbagai tempat. Ia terus belajar mengenai sikap umat manusia dan mencari ruang untuk menjerumuskannya.

Dan beberapa saat sebelum kelahiran Rasulullah SAW, dajjal kembali ke pulau tempat ia dibesarkan oleh seekor makhluk berbulu tebal tersebut. Saat mendarat itulah, oleh makhluk tersebut, dajjal disuruh berjalan ke bahagian dalam gua. Saat membelakangi dinding gua itulah, dajjal kemudian terpasung. Makhluk tersebut menyatakan, ikatan itu hanya akan mampu lepas, saat waktunya telah tiba. Dalam penuturan Isa Daud, dajjal terpasung selama lebih kurang 63 tahun. Sama dengan usia Rasulullah SAW.

Setelah bebas, dajjal kembali mengembara. Kemuncaknya, ia pergi ke Segitiga Bermuda dan akhirnya bertemu dengan syaitan. Ia sangat diagungkan oleh syaitan dan keduanya membuat perjanjian bersama untuk menghancurkan umat manusia dan memalingkannya dari menyembah Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa.

Berdasarkan keterangan Muhammad Isa Daud, hingga hari ini dajjal masih hidup. Walaupun usianya sudah lebih dari 4.000 tahun, tetapi fizikalnya masih tetap muda dan tak ada yang boleh menandingi kekuatannya hingga turunnya Isa Al-Masih, putera Maryam, yang akan membunuhnya. Usianya itu bila ditukar dengan Nabi Ibrahim AS, sebagaimana pendapat Sami bin Abdullah Al-Maghluts, bahawa Nabi Ibrahim hidup pada tahun 1997-1822 SM.

Panjangnya usia dajjal ini, kerana ia merupakan satu daripada tiga orang yang Muntazhar (ditangguhkan) atau dipanjangkan umurnya, yakni syaitan, Nabi Isa AS, dan dajjal. Dan hanya Nabi Isa AS yang mampu mengalahkan dan membunuh dajjal. Wa Allahu A'lam.

sumber dari republika.co.id


Rabu, 25 April 2012

Subhanallah, Inilah Mukjizat Alquran tentang Jenis Kelamin Bayi

Subhanallah, Inilah Mukjizat Alquran tentang Jenis Kelamin Bayi

Pada awalnya, manusia meyakini bahawa jantina bayi ditentukan oleh sel-sel ibu. Ada pula yang percaya bahawa jantina ini ditentukan secara bersama oleh sel-sel lelaki dan perempuan.

Jauh sebelum ilmu pengetahuan mengetahui tentang rahsia jantina bayi, pada abad ke-7 M, Al-Quran telah memberi tahu bahawa jenis kelamin laki-laki atau perempuan diciptakan "dari air mani apabila dipancarkan".

Mari semak surah An-Najm [53] ayat 45-46: "Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan lelaki dan wanita, dari air mani, apabila dipancarkan."

Menurut Harun Yahya, kromosom Y membawa sifat-sifat kelelakian, sedangkan kromosom X berisi sifat-sifat kewanitaan. Di dalam sel telur ibu hanya dijumpai kromosom X, yang menentukan sifat-sifat kewanitaan.

Di dalam air mani ayah, terdapat sperma-sperma yang mengandungi kromosom X atau kromosom Y saja. Jadi, jenis kelamin bayi bergantung pada jenis kromosom kelamin pada sperma yang membuahi sel telur, apakah X atau Y. Dengan kata lain, sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut, penentu jantina bayi adalah air mani, yang berasal dari ayah. Pengetahuan tentang hal ini, yang tak mungkin dapat diketahui di masa Al-Quran diturunkan, adalah bukti akan kenyataan bahawa Al-Quran adalah kalam Allah.

'' Cabang-cabang ilmu pengetahuan yang berkembang seperti genetik dan biologi molekul secara saintifik telah mengesahkan ketepatan maklumat yang diberikan Al-Quran ini,'' ujar Harun Yahya.

Menurut dia, kini diketahui bahawa jantina ditentukan oleh sel-sel sperma dari lelaki, dan bahawa wanita tidak berperanan dalam proses penentuan jenis kelamin ini.

Kromosom adalah unsur utama dalam penentuan jenis kelamin. Dua dari 46 kromosom yang menentukan bentuk seorang manusia diketahui sebagai kromosom kelamin. Dua kromosom ini disebut "XY" pada lelaki, dan "XX" pada wanita.

Menurut dia, penamaan ini adalah berdasarkan pada bentuk kromosom tersebut yang menyerupai bentuk huruf-huruf ini. Kromosom Y membawa gen-gen yang mengkod sifat-sifat kelelakian, sedangkan kromosom X membawa gen-gen yang mengkod sifat-sifat kewanitaan.

Pembentukan seorang manusia bermula dari penggabungan silang salah satu dari kromosom ini, yang pada lelaki dan wanita ada dalam keadaan berpasangan. Pada wanita, kedua-dua bahagian sel kelamin, yang membelah menjadi dua selama peristiwa ovulasi, membawa kromosom X.

Sebaliknya, sel kelamin seorang lelaki menghasilkan dua sel sperma yang berbeza, satu berisi kromosom X, dan yang lainnya mengandungi kromosom Y. Jika satu sel telur berkromosom X dari wanita ini bergabung dengan sperma yang membawa kromosom Y, maka bayi yang akan lahir berjenis kelamin lelaki.

'' Dengan kata lain, jenis kelamin bayi ditentukan oleh jenis kromosom dari lelaki yang bergabung dengan sel telur wanita,'' papar Harun Yahya.

Tak satu pun maklumat ini dapat diketahui dalam ilmu genetik pada abad ke-20. Bahkan di banyak masyarakat, diyakini bahawa jantina bayi ditentukan oleh pihak wanita. Inilah mengapa kaum wanita dipersalahkan ketika mereka melahirkan bayi perempuan.

Namun, tiga belas abad sebelum penemuan gen manusia, Al-Quran telah mendedahkan maklumat yang menghapuskan keyakinan khurafat ini, dan menyatakan bahawa wanita bukanlah penentu jantina bayi, akan tetapi air mani dari lelaki.

sumber dari republika.co.id